Sabtu, 25 Juni 2011

Masuk IsLamNya Al-Faruq Umar Bin Al-Khoththob

( isalm nya Sang Pembenci Islam dan Ingin Rembunuh Rasululloh )

Pernahkah saudara mendengar nama Umar bin Al-Khoththob…? Ya beliau adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umar adalah seorang sahabat yang sangat pemberani, kokoh, tegas, dan kuat perkasa.

Manusia takut kepadanya. Bahkan syaithonpun takut kepadanya. Hingga, jika syaithon berjumpa dengan Umar, mereka menyingkir memilih jalan yang lain. Wah masya Allah, betapa hebatnya Umar bin Al-Khoththob ya!

Tapi, bagaimana sih sejarah masuk Islamnya beliau? Bagaimana seorang yang keras wataknya, seperti Umar bisa menerima agama baru yang menentang agama nenek moyangnya…?

Nah mari kita simak….

Umar bin Al-Khoththob adalah seorang yang mempunyai watak yang keras dan sangat menjaga kehormatan dirinya. Dahulu di masa jahiliyyah, beliau sangat keras permusuhannya terhadap Islam dan orang-orang muslim.

Umar bin Al-Khoththob masuk Islam pada bulan Dzulhijjah pada tahun ke 6 dari nubuwwah. Sebelumnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berdoa kepada Allah untuk keislamannya, “Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai yaitu Umar bin Al-Khoththob atau dengan Abu Jahl bin Hisyam.” Ternyata orang yang paling dicintai oleh Allah adalah Umar bin Al-Khoththob Radiyallahu ‘anhu.

Umar bin Al-Khoththob Mendengarkan bacaan Al-Qur’an

Pada suatu malam, Umar bin Al-Khoththob keluar dari rumahnya dan berjalan hingga ke Baitul Haram. Sesampainya di sana, beliau menyibak kain penutup Ka’bah. Umar bin Al-Khoththob melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang membaca surat Al-Haqqoh.

Umar bin Al-Khoththob menyimak bacaan Al-Qur’an. Dia sangat takjub dengan susunan bahasanya. Dia berkata dalam hatinya, “Demi Allah, tentunya ini adalah ucapan seorang penyair yang biasa diucapkan orang-orang Quraisy.”

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat:
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul yang mulia. Dan Al-Qur’an itu bukan perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya.” (AL-Haqqoh ayat 40-41)

Kemudian Umar bin Al-Khoththob berkata dalam hatinya, “Kalau begitu, ucapan tukang tenung.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca:
“Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu Allah yang diturunkan dari Rabb semesta alam.”
(AL-Haqqoh ayat 42-43)

Selanjutnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca sampai akhir ayat. Mulai saat itulah benih-benih Islam mulai merasuk dalam hati Umar bin Al-Khoththob. Namun sifat jahiliyyahnya masih kuat dalam hatinya, sehingga ia tetap bersikeras memusuhi Islam.

Ingin Membunuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Pada suatu hari, Umar bin Al-Khoththob keluar rumah sambil menghunus pedang. Tujuannya adalah membunuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun ditengah jalan dia berpapasan dengan Nu’aim bin Abdullah An-Nahham Al-‘Adwy.

Nu’aim berkata, “Hendak kemana engkau wahai Umar?”
Umar menjawab, “Aku ingin membunuh Muhammad!”
Nu’aim berkata lagi, “Apa yang menjamin keamanan dirimu dari pembalasan bani Abdul Manaf jika engkau membunuh Muhammad? Kenapa engkau tidak pulang kepada keluargamu dan menangani permasalahan mereka?”
Kata Umar, “Ada apa dengan keluargaku?”
Nu’aim menjawab, “Saudara perempuanmu, Fathimah bintu Al-Khoththob dan suaminya Sa’id bin Zaid bin ‘Amr sungguh telah masuk Islam dan mengikuti agama Muhammad.”

Sekali lagi Mendengar Bacaan Al-Qur’an

Kemudian, dengan tergesa-gesa Umar berbalik arah menuju rumah adiknya. Ketika itu, dirumah Fathimah ada Khobbab bin Al-Arot yang sedang membacakan surat Thoha kepada Fathimah dan suaminya.

Tatkala mendengar suara Umar bin Al-Khoththob, maka Khobbab menyingkir dan bersembunyi disalah satu ruangan. Sedangkan Fathimah menyembunyikan shohifah (lembaran) Al-Qur’an. Ketika mendekati rumah tersebut sesungguhnya Umar bin Al-Khoththob telah mendengar bacaan surat Thoha.

“Suara apa yang tadi aku dengar?” tanya Umar ketika sudah memasuki rumah.
Fathimah dan suaminya menjawab, “Engkau tidak mendengar apa-apa?”
Maka kata Umar, “Demi Allah, sungguh aku telah mendapatkan berita kalian berdua telah mengikuti agama Muhammad.”
Sa’id bin Zaid berkata kepada Umar, “Apa pendapatmu jika kebenaran ada dalam agama selain agamamu?”

Seketika itu Umar melompat dan menginjaknya keras-keras. Fathimahpun bangkit untuk menolong suaminya. Namun Umar bin Al-Khoththob memukul Fathimah hingga wajahnya berdarah.

Karena Umar bin Al-Khoththob bersikeras, maka Fathimah dan suaminya berkata, “Ya. Kami telah masuk Islam dan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Silahkan perbuat apa yang kamu inginkan kepada kami.”

Ketika itu, Umar melihat darah di tubuh Fathimah. Ia menyesali tindakannya dan menyadari kekeliruannya.

Kemudian Umar berkata kepada adiknya, “Berikan lembaran yang aku dengar tadi, agar aku melihat apa sesungguhnya yang dibawa muhammad.” Jawab Fathimah, “Sungguh kami kuatir engkau merampas lembaran ini.” Umar berkata, “Engkau tidak perlu takut.”

Umar lalu bersumpah untuk mengembalikan lembaran itu jika selesai membacanya.
Setelah itu Umar memegang shohifah Al-Qur’an. Dia mulai membaca:
“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang.”
Lalu Umar berkata, “Nama-nama yang bagus dan suci.” Kemudian dia membaca (surat) “Thoha” hingga berhenti pada ayat :
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tidak ada sesembahan yang benar selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku.”

Selanjutnya Umar berkata kepada Fathimah dan suaminya, “Alangkah indah dan mulia kalam ini.”

Tatkala Khobbab mendengar perkataan Umar ini, dia segera muncul dari persembunyiannya, lalu berkata, “Terimalah kabar gembira wahai Umar, karena aku benar-benar berharap agar doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam jatuh kepada dirimu.

Karena aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, “Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai yaitu dengan Umar bin Al-Khoththob atau dengan Abu Jahl bin Hisyam.

Kemudian Umar bin Al-Khoththob berkata, “Wahai Khobbab, tunjukkan kepadaku di mana Muhammad berada, karena aku akan ke sana kemudian masuk Islam.”

Khobbab menjawab, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat ini berada di suatu rumah di kaki bukit Shofa bersama beberapa orang sahabatnya.”

Masuk Islam

Kemudian Umar bin Al-Khoththob memungut pedangnya dan menghunusnya. Dia berjalan menuju tempat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salla, lalu ia mengedor pintu. Salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengintip dari celah-celah pintu dan melihat sosok Umar bin Al-Khoththob sedang menghunus pedangnya.”

Sahabat tadi kembali kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan takut, lalu ia berkata, “Wahai Rasulullah, dia Umar bin Al-Khoththob sedang menghunus pedangnya.”

Hamzah bin Abdul Muththolib berkata, “Biarkan dia masuk! Jika ia menginginkan kebaikan kita berikan kepadanya. Jika dia menginginkan keburukan, kita bunuh dengan pedangnya sendiri.”

Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Biarlah dia masuk!” Salah seorang sahabat lalu membukakan pintu untuk Umar.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyongsong kedatangannya di suatu ruangan. Beliau memegang ikatan baju dan pegangan pedangnya lalu menarik dengan tarikan yang keras seraya berkata, “Apakah engkau tidak mau menghentikan tindakanmu wahai Umar, hingga Allah menurunkan kehinaan dan bencana seperti yang menimpa A-Walid bin Al-Mughiroh? Ya Allah, inilah Umar bin Al-Khoththob, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Al-Khoththob.”

Umar berkata, “Wahai Rasulullah! Aku datang kepadamu untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan kepada apa yang datang dari Allah.” Mendengar jawaban Umar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir dengan keras.

Karena takbir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam inilah para sahabat yang berada di rumah itu mengetahi bahwa Umar bin Al-Khoththob telah masuk Islam.

Selanjutnya para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bangkit dari tempat mereka dan merasa kuat dengan keislaman Umar bin Al-Khoththob dan Hamzah bin Abdul Muththolib. Karena mereka tahu, keduanya akan membentengi dan membela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Keislaman Umar bin Al-Khoththob mengguncangkan orang-orang musyrik dan menjadikan kehinaan bagi mereka. Namun sebaliknya, dengan keislaman Umar bin Al-Khoththob justru mendatangkan kemuliaan, kekuatan dan kegembiraan bagi orang-orang Muslim.